Bagai Sauh

By Ummu Thufail - Desember 01, 2015




Aku terlempar, terlempar jauh. Bagai sauh, dibuang nelayan, jauh dari buritan, ke tengah-tengah lautan. Mengumpankan diri, diantara bahaya dan ancaman badai. Sepi, di tempat yang hanya berkawan desir ombak. Susul-menyusul, tiada henti, mendawamkan sunyi.

Rupanya, kemana pun pergi, dimana pun kini, langkahku masih berat. Di kaki ini, seolah terikat beban, panjang berantai, sejauh masa yang kutinggalkan, sejauh jejak yang belum sempat terhapus. Aku hanya meninggalkannya. Meninggalkan, dengan alasan waktu. Tapi ia terus mengikuti, sekali-kali datang terang-terangan, menuntut di hadapan, atas nama ingatan.

Ah, ingatan. Betapa sering kita takut akan melupakan. Saat masa silam begitu manis dan mengharukan. Tapi, ingatan, sesekali bak bumerang yang mampu melukai pemiliknya. Ingatlah, saat dimana kau hanya ingin melupakan. Lupa seketika, agar tak ada sakit yang terkenang.

Jadi ini tentang apa? (Tulisan ini...!)?? Tak usah risau kawan. Hanya rasa yang berkelebat tak menentu. Diantara perjalanan panjang yang tengah ditempuh. Ketika jiwa, bagai terlempar jauh, meninggalkan masa-masa yang tertinggal jauh, terpisah dari keakraban yang dulu-dulu, tertatih menggapai-gapai asa yang masih tak pasti. Seketika merasa tak berdaya, lemah, rapuh, rindu, benci, menyerah, sia-sia..., tapi tatapnya masih menyimpan binar bagi sinar yang dijumpainya dari kejauhan. Ke sanalah ia menuju, diri ini, meski jauh....

Di Watampone, kota yang belum dirindukan, menanti hujan.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar