Air
Bebatuan...
Rumput...
Pohon...
Bunga...
...di atas tanah kelahiranku
Sawah...
Padang...
Semak...
Bebukitan...
Sungai...
Pegunungan...
Ladang...
...di atas tanah masa kecilku
Semua tentangmu,
bersama senyum dan tangisku...
diantara asa dan amarahku...
bahagia yang tak seberapa
duka yang merata
tetap, aku rindu...
(April'12)
Entah kali keberapa
Seperti saat ini ku di penghujung senja
Selalu ada kata yang berkisah
Mendedah rasa sepenuh udara
Kali ini, tentang berjalannya hari bersama segenap cerita
...
Entah telah berapa lama
Kutinggalkan senja, terabai tanpa kisah dan jeda
Waktu berlalu, mengemas dukanya yang dulu, bersama debunya hingga tak menyisa jejak
Membiarkan jarak yang panjang di antaranya, untuk episode baru tanpa sendu elegi
...
Dan senja, masih datang, dengan wajah yang tak berubah
Masih dengan romannya, masih dengan temaramnya
Terserah ingin memberi nada apa
Senja berkisah apa adanya
Tentang hati yang mengalun dizikir, darinya senja membagi damai
Atau jiwa yang kering dan terlunta, dengannya senja memeluk gelisah
(Juli 2013)
Bismillah...
Melewatkan waktu di depan layar komputer memang seringkali tak terasa, sudah sekian menit. Ah, ini ruang publik, area kantor yang tak pernah sepi dengan hilir mudik santri dan para ustadzah. Sepertinya harus bersabar menunggu laptop pulang dari pulau seberang untuk menuntaskan segala rasa bersama segenap rangkaian kata. Just little stories, today :)
Melewatkan waktu di depan layar komputer memang seringkali tak terasa, sudah sekian menit. Ah, ini ruang publik, area kantor yang tak pernah sepi dengan hilir mudik santri dan para ustadzah. Sepertinya harus bersabar menunggu laptop pulang dari pulau seberang untuk menuntaskan segala rasa bersama segenap rangkaian kata. Just little stories, today :)
Ada amarah yang tak terkata
Diam di sekujur lidahmu,
kelu
Bungkam di tatap
matamu,
memantul bias luka
Maaf nak, kuterlupa:
Ada banyak waktu tuk damaikan badai jiwamu
Hanya kuterburu
Memintas jalan yang nyatanya berujung jurang
Tunggulah, ku kembali:
Mengulang langkah yang semula salah
Meski, tak lagi sama.
(180113)
Kudapati diriku di sini
Diantara harapan yang masih terserak
Juga memberiku alasan untuk tak patah semangat
...
Kelabu menggelayut di atap langit sana
Dan hatiku berhujan asa
Ada cercah cahaya yang berbinar, di setiap ujung gulita
...
Kudapati diriku di sini
Masih melangkah, meneruskan mimpi ke dalam nyata
Dan kuberjanji, tak akan terhenti merajut cahaya
Bismillah....
4.00 pm now. Sedikit lelah menjalani aktivitas hari ini. Kelelahan yang hanya patut kusyukuri. Bukan menjawabnya dengan keluh-kesah. Karena aku tengah menjalani kesibukan yang baik. Dan itu berarti aku terhindar dari kesia-siaan. Alhamdulillah ala kulli haal.
Kelas An Nisaa' mid ke-2 hari ini. Alhamdulillah, pada umumnya santriku cukup respon menerima instruksi. Meski belum sampai pada kondisi ideal. Tapi aku memakluminya. Masih kurang strategi yang kami terapkan untuk menghidupkan kelas dengan semangat optimal. Seperti pepatah, sambil menyelam minum air. Kami terus belajar dan berbenah. Sembari mengoceh dengan teguran dan pujian, kutatap anak-anak itu dengan harapan besar. Bahwa mereka bisa lebih baik dari hari ini, dan semakin baik lagi. Berusaha menuntun mereka, sambil mencari tongkat yang lebih kuat untuk menjadi pegangan sendiri.
Dengan cara berbeda, santri-santri An Nisaa' membuka jalan yang lebar bagiku mempelajari banyak hal. Setidaknya tentang dunia mereka, yang ceria sekaligus tak terduga.
Banyak yang ingin kurekam tentang mereka di sini. Ini baru awal :)
Biar Tuhan saja...
Menerjemahkan seluruh rasa yang tak terkata
Juga seluruh kata yang tak terucap
Dan seluruh ucap yang tak bersuara
Dan seluruh suara yang kehilangan nada
Dan
seluruh nada yang tertinggal ...(BM.102.2012)
...adalah harapan
Yang buat mataku tetap nyalang
Melahap jejak-jejak matahari
Dan tangisan langit yang menyisa di rerumputan
Sekalipun petang datang,
mengusaikan mimpi siang
Mataku enggan pejam,
dan menyerah pada hari tanpa impian
Tak juga pada kegelapan
yang mengaburkan selaksa rasa,
benamkan jiwa dalam ceruk tanpa cahaya
...adalah harapan
Yang membuat mataku terus terjaga
Tak peduli apa yang tengah menanti di depan
Entah cahaya
Entah kabut semata
(010213)
Bismillah…
Hari ini kuputuskan untuk bahagia. Bukankah aku masih dilimpahi kenikmatan
yang banyak? Pertama, karena aku berislam. Seakan kudengar kabar bahagia
dibisikkan. Seluruh dosa yang menjadi sumber kesedihan terbesar masih mungkin
dihapuskan selama tak melakukan kesyirikan.
Lalu, karena aku beriman. Dengan izin-Nya, ilmu yang mengantarku pada
hidayahNya tak sekedar kuketahui. Aku meyakininya. Aku mengimaninya. Kuyakini
segala yang kupahami maupun yang belum kupahami, yang berasal dari-Nya dan
utusanNya. Karena aku beriman, Dialah Dzat yang Terpercaya. Segala yang datang
dari-Nya adalah kebenaran. Dan keyakinanku sendiri adalah kewajiban, yang tak
semua insan dimudahkan memilikinya.
Aku sangat bahagia, karena masih kuhirup nafas kehidupan di hari ini,
detik ini. Masih bisa kulakukan banyak hal, memperbaiki kesalahanku, menggenapi
kekuranganku, mengumpulkan sebanyak-banyaknya kebaikan dengan amalan atau
sekedar ucapan. Ah, aku layak bahagia. Alhamdulillah ala kulli haal…
Separuh malam kemarin kulalui dengan gundah, dipantik kekhawatiran yang datangnya seketika. Saat mendengar sekilas perbincangan tak berguna di luar
sana. Tak banyak yang kudengar, tapi itu sudah cukup menyesakkan jiwa lama yang
lemah. Ah, menyesal aku harus mendengarnya. Seketika pertahananku ambruk.
Semakin kusadari, benteng yang kubangun masih begitu rapuh. Tak cukup kuat
menahan gempuran tak terduga. Rupanya aku belum siap, menghadapi sesuatu yang tak berpihak bagi kedamaian
jiwaku.
Ah, sudahlah….aku akan berhenti bersikap meratap. Meski kerap masih bisa
kurasakan sakit, kutahu aku harus bangkit. Toh, dengan izin-Nya, kudapati
diriku tak sesulit dulu mengatur hati. Kadang-kadang kuberpikir, adalah hal
ajaib aku tak se ‘moody’ dulu. Ketika
kuterjatuh, aku tak akan segera bangkit, tapi justru mendekam di kubangan,
meneruskan kekalutan dan menikmati kesedihan sebagai buah akhirnya.
Ah, sudahlah. Aku akan mencoba mengikuti saran pak Mario. “Perhatikan
orang yang masih menyayangimu, abaikan saja orang yang berusaha menyakitimu,
yang sebenarnya usahanya itu tak akan berhasil jika kau sendiri tak
mengizinkannya.”
Jadi, di bagian ini aku memerintahkan jiwaku dengan izin-Nya, hanya akan
memperhatikan segala sesuatu yang menjagaku tetap baik, jika bisa, semakin
baik.
Bukankah masih banyak yang bersikap baik, toleran, ramah, murah senyum.
Masih ada yang memberi tegur sapa, menanyakan kabar hari ini, memberi nasihat dan
memotivasi. Kenapa aku harus mengorbankan hal-hal berharga yang masih kumiliki
demi pihak yang hanya ingin menjatuhkan dan merusak kedamaian jiwa yang kurajut
susah payah…?!
Jadi, akan kukatakan TIDAK…! Dengan suara keras, hingga hatiku sendiri
mendengar dan menjadi yakin karenanya. Tidak akan kubiarkan jiwa ini dijajah
oleh kesedihan, ketakutan atau kecemasan tak perlu. Aku masih memiliki
orang-orang yang peduli dengan keberadaan dan ketiadaanku. Dengan segala
keterbatasanku, aku masih bisa berbuat dan memberi manfaat. Dan diatas itu
semua, aku memiliki Allah yang diriNYa saja sudah mencukupiku dari segala yang
kubutuhkan. Hasbunallah…hasbunallah….