Diary SE #1

By Ummu Thufail - Februari 10, 2020


Bismillah. Seperti mimpi, apa yang kujalani hingga detik ini. Rasanya masih tak percaya. Saat kudengar dari balik pintu kamar yang terkunci, suara lantang seorang pria mengucap ijab qabul, rupanya dia berusaha menutupi kegugupan dan segala rasa yang turut berbaur. Aneh, tak ada debar luar biasa kala mendengarnya. Mungkin karena aku masih tak percaya, tak percaya jika ini benar nyata. Jangan-jangan ini mimpi saja.

Tapi tidak. Segala yang kulakukan adalah nyata. Gaun yang kukenakan, buket di tanganku, ibu di samping yang menenangkan kekhawatiranku, semuanya nyata. Akhawat panitia yang hilir mudik sibuk menyiapkan segala sesuatunya, semua nyata. 

Tanggal 25 Januari 2020 adalah saat yang paling bersejarah bagiku saat ini, meski sesekali seolah tak kusadari, semua yang kujalani sepanjang hari. Mengapa jantungku tak berdegup kencang mendengarnya. Dia yang mengulang ijab qabul hingga dua kali. 

"Sah...!" Seru satu dua hingga semua orang di luar kamar. Tapi aku masih merasa biasa saja. Aneh. Benar-benar aneh. Kemana hilangnya rasa gugup dan cemasku?

Salah seorang panitia membuka pintu, meminta ibu yang duduk di sampingku untuk keluar, karena dia, yang telah berstatus suamiku akan memasuki kamar. Aku sedikit gugup. Rasanya benar-benar tak menyangka. Akhirnya dia, yang Allah takdirkan menemuiku. 

Pintu kembali terbuka, dan dan kudengar salamnya yang pertama kali, setelah berubahnya status kami. Aku sedikit gelagapan, tapi seperti biasa aku pandai menyembunyikan dan menahan apa yang kurasakan. Tetap tenang dengan posisi duduk seperti semula.
(Bersambung)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar