Pagi adalah bagian hari yang paling damai. Aku memulai rutinitas dengan shalat subuh lalu mandi. Jika persediaan air di rumah menipis, kami harus cepat-cepat menuju sumur umum di tengah desa. Sebelum hari terang biasanya kami tiba di sana. Jika matahari telah menyingsing, sumur akan mulai ramai dengan penduduk desa yang juga hendak mandi, mencuci pakaian dan mengambil air. Meskipun cuaca masih dingin, air sumur di waktu subuh menjelang pagi terasa lebih hangat. Entah karena apa, tapi aku jadi lebih suka mandi di sumur sebelum matahari terlihat di timur.
Pfh..., subhanallah... seharian ini mood kurang baik, nyeri di perut bak ombak lautan yang datangnya pasang surut. Mo ngapa-ngapan bawaannya malees bangeet. Ngga ada pilihan selain membuka laptop mungil ini, mengintip beranda rumah hati yang mulai berdebu karena jarang dikunjungi, hiks. Ayo Menulis...! Writing to healing! Kali aja nyeri perut dan moodi-nya bakal hilang, aamiin.
Nulis apa ya... 😪... tik-tok-tik-tok-tik-tok...😖 *mikir kerass... 😓 😥 hm... 🙇 Okay! 🙆
Kita (lagi-lagi) akan sedikit melow kali ini, karena kita akan berbicara tentang "Cinta, Sahabat dan Keramaian." Judul yang syahdu dan... sedikit aneh ya! Hehe, tentu ada alasan dibaliknya.