Sejauh apapun kaki melangkah
ia tetap rindu kembali memijak
di kampung halaman
Dan kampung halaman manusia yang pertama adalah surga
maka hatinya selalu terpaut dengannya
dan selalu memanggil, kembali ke sana
Sedang hati yang lalai akan dibuat lupa,
atau sengaja lupa
hingga mendapati langkahnya tersesat jauh,
hingga berujung di dasar neraka
Lalu, yang tertinggal:
hanya sesal yang bertambah
(Makassar, 20.05.2014)
Ada ruang kosong di sini, tak ada yang bisa menempatinya
Ada ruang sunyi di sini, tak ada yang bisa meramaikannya
Ada lubang tak kasat mata, dalamnya tak terkira, tak ada yang bisa menutupnya
Ada celah yang selalu memanggil duka, tak ada yang bisa menjahitnya
....
Ialah hati yang kosong dari nama-Nya
Ialah hati yang sunyi dari menyebut-Nya
Ialah hati yang rakus pada dunia dan terlupa
Ialah hati yang terlunta di belantara hasrat-hasrat fana
Ialah hati yang meninggalkan pagi dan petang hari tanpa berdzikir pada-Nya
....
Pernahkah engkau... terjebak di titik nol. Saat benakmu dipenuhi stigma, kau tak ada apa-apanya... kau bukan orang yang penting... kau tak membuat siapapun kehilangan dengan ketiadaanmu... sebaiknya kau tak ada di sini... kau....
Apa yang kau dapatkan, saat lidahmu mengunyah makian dan celaan. Apa yang kau dapatkan, saat diam-diam atau terang-terangan membicarakan kesalahan juga kekurangan seseorang. Apa yang kau rasakan, saat kutukan mengalir deras dari mulutmu, karena seseorang melakukan atau mengabaikan sesuatu...?
Bukan kedamaian, tapi justru kegelisahan, kerap kali berujung penyesalan saat kau mulai menyadari. Tak bisakah kau diam saja, atau melakukan yang lebih baik dari itu....