Rabb...
biarkan aku berlari
menujuMu di tempat yang sunyi
di tanah yang tak mengenal angkara
dimana jiwa dahaga mereguk air dari telaga-telaga
Di sini sepi kawan...,
tak mengapa, asal kita masih dalam iman
Kusaksikan, matahari Timur perlahan tenggelam
ah semoga, aku menutup mata saat ia bertukar matahari Barat
terlalu mengerikan sekadar menyadarinya, kawan....
Di sini sunyi kawan...,
tak mengapa, asal iman masih dalam pelukan
#Jiwa yang tertawan
-------------------------
Engkau yang terpenjara oleh kenangan,
apakah kau mengira bahwa manisnya ingatan akan memberimu kepastian di masa depan?
Kuhampiri penghujung malam yang semakin diam
Mengajak alam hening dalam buaian
Tapi malam masih menyisakan satu cerita untuk kubaca
Kubawa cintaku berlari menujuMu, dengan hati perih
Kutemui belukar, kutemui duri
yang menghambatku menuju cintaMu
Lalu kutemui cintaku di jalanMu, dengan hati rindu
Manusia adalah misteri....
Bagi dirinya sendiri tatkala tak mampu lagi
menafsirkan dirinya yang lain, yang terasing
Tak mampu menerjemahkan egonya yang menjelma
dalam kebingungan dan kebimbangan
Tak mampu mengartikan laku yang tak dikenalinya,
dirinya dalam rupa yang lain.
(Beberapa bulan yang lalu...)
Jadi, setelah sadar jika ada yang salah, aku lalu berusaha menenangkan diri agar bisa berpikir jernih. Ya Rabb..., aku juga kena? Akhirnya aku kena juga...?!
Rasanya masih sulit percaya, mmm.... tepatnya, masih tak ingin percaya. Tapi, sekalipun aku memejamkan mata, atau memelototi dengan seksama layar segiempat itu lagi, kenyataan tak akan berubah. Ya sudah, reviu materi iman lagi, tentang iman kepada takdir, pasnya... iman pada takdir buruk. Tema-tema seputar sabar, lapang dada, ikhlas menerima seluruh keputusan-Nya, berharap pahala dan ganti yang lebih baik dari musibah yang menimpa, peringatan bahwa musibah apapun masih terhitung ringan selama tidak menyangkut agama..., melingkar di benakku, silih berganti memberi petuah, saling sikut dengan perasaan syok luar biasa, lemas dan kecewa.
Rasanya ingin kukabarkan pada dunia:
kesedihanku hari ini, bahagiaku detik ini, tawa dan tangisku menit ini.
Rasanya ingin kukabarkan pada dunia:
betapa aku ingin dimengerti, betapa aku ingin terlihat dan dipuji, dan tak sudi kudengar maki.