Hari itu, aku dan beberapa teman dan sebagian warga desa, mengangkut pasir dari sungai yang jaraknya ratusan meter. Ada warga yang sedang membangun rumah. Seperti umumnya warga lain, mereka akan mengupah siapapun yang mau mengangkut pasir dari sungai. Di desa kami, pasir melimpah di bantaran sungai. Tinggal membawa wadah seperti ember, mengeruk pasir di tepian atau jika perlu menyelam sambil menggaruk pasir di dasar sungai. Tak perlu khawatir bakal tenggelam, anak-anak desa bahkan yang lebih kecil dariku biasanya pandai berenang, kecuali aku :( Kabar baiknya, aku justru lebih bisa menyelam daripada berenang. Tapi sungai yang kami tuju pun rata-rata masih dangkal, jadi cukup aman.
Hari ini telah berakhir, siang tenggelam, malam menjelang, catatan merekam sepanjang nafas kehidupan.
Tak ada lagi yang bisa diubah, telah membekas dan terpatri, tersimpan dalam ingatan, segala yang telah terjadi dan dilakukan. Kemudian, meskipun disudahi, barangkali penyesalan membuat kesalahan nyaris abadi. Sekedar dalam ingatan, atau mutlak di catatan.
Hari ini telah usai, malam yang sepi menandai. Saat mata terpejam, terbuai lelap, entah apa yang tertulis di sana. Pada lembar-lembar yang berjudul sebuah nama, untuk tiap-tiap yang dianggap berakal, dari yang memiliki nama. Di antara deru kekhilafan yang berujung penyesalan, dan kebajikan yang berbuah kesyukuran.
Dan di penghujung malam, aku semakin menyadari, ada banyak kekeliruan yang patut disesali. Menyesal, tapi tak cukup. Mengeja istighfar, berharap ampunan dan petunjuk. Pasrah, mengembalikan segala yang tak bisa di kemudi, berharap kedamaian dengan penyerahan, lalu penerimaan.
Di hatimu selalu ada cinta. Tak kau rasakankah? Tak perlu kau jelaskan, tak usah kau akui jika enggan. Tapi ia ada, selalu ada, meski tak kasat mata.
Cinta. Cinta yang berupa-rupa. Kadang kala berubah-ubah. Tak mesti satu, tak pasti dua, tak jarang bilangannya tak terhingga. Cinta, beragam warna.
Di hatimu, akan selalu ada cinta, aku percaya. Entah satu, dua atau tiga. Hatimu tak pernah kosong darinya. Hanya saja, ia kerap terganti, bagi hati yang masih terbata mencari 'sejati'. Hatimu, bisa merangkum berupa-rupa cinta sekaligus. Tapi bukan jenis cinta yang saling melawan. Ya, cinta pun berkawan.
Cinta... di hatimu itu, ah aku tak bisa menjelaskan. Aku hanya tahu, ia bisa satu, bisa juga lebih dari itu. Aku pun tahu, saat kau mencintai-Nya, kau tak kan mencintai selain-Nya, tidak untuk selain yang dicintai-Nya pula. Saat Dia yang lebih engkau cintai, tak ada cinta lain yang mengalahkan-Nya. Ya, jika benar kau mencintai-Nya, meski di hatimu ada cinta yang lain, tak ada cinta yang dimurkai-Nya.
Lalu, seperti apa cinta di hatimu itu? Aku tak tahu, tapi ku masih percaya, hatimu tak pernah kosong darinya.
#gagalfokus