Diari SE: Menikah

By Ummu Thufail - Februari 19, 2023

Meskipun engkau tak mau dan menghindar, takdir yang ditetapkan atasmu tetap akan mendatangimu. Tak bisa mengelak lagi. Begitupun, meski semesta tak menyetujui, karib dan kawan tak merestui, apa yang telah tertulis di dalam lauh mahfuzh untukmu, pasti terjadi. Menghindar dan menjauhlah semampumu, takdir tetap akan mengejarmu. 

Aku bukan tak mau, tapi belum siap, saat takdir menikah sudah waktunya tertunaikan. Kawan-kawan seperjuanganpun belum mengaminkan. Kami punya idealisme yang sama tentang pernikahan. Menikah di jalan-Nya, menikah karena-Nya, dengan prosedur yang syar'i, saling mengenal melalui proses ta'aruf. Namun, meskipun tak ada pihak yang melakukan pelanggaran syariat untuk mewujudkan pernikahan ini, kami tak melewati tahap-tahap demikian. Kini, prosesi pernikahan itu yang menjadi kabur bagaimana menyelenggarakannya. Siapa panitianya, siapa yang akan membantu pelaksanaannya sesuai syariat. 

Aku hanya bisa berpasrah dan berharap pertolongan dari Allah, ketika masalah yang lain muncul. Keluarga sepupu yang awalnya menyanggupi kepanitiaan oleh mereka sekeluarga (alhamdulillah mereka keluarga yang tertarbiyah sampai ke anak menantunya), menyampaikan kabar buruk, menantunya tiba-tiba terkena gejala stroke. Mungkin saja mereka tak jadi hadir, apalagi anaknya pun sedang hamil besar. 

Di tengah kebingungan yang menyerang, kak Ani masih terus memotivasi dan meyakinkan akan datangnya kemudahan dari Allah. Beliau begitu yakin jika kami bisa menyelenggarakan walimah syar'i. Mungkin hanya akan datang salah seorang ustadz dari kota Daeng untuk memberikan taujihat, serta anaknya yang akan membawakan tadarrus saat resepsi nanti. 

"Jika memang tak ada ustadz di kampung yang bisa memberikan nasihat pernikahan..."

Bahkan kak Ani masih yakin akan adanya bantuan kepanitiaan dari akhawat di daerahku. Rasanya hampir mustahil untuk situasiku sekarang. 
***
Dan benar saja, keajaiban itu datang. Hingga aku terpana, benar-benar datang dari arah yang tak kuduga. Jika Allah yang berkehendak, tak ada yang tak mungkin. Yanq awalnya mengira akan diboikot oleh teman-teman akhawat, justru pertolongan Allah datang melalui mereka. Aku dipanggil oleh ketua kelompok pengajian, diminta mengajukan permintaan kepanitiaan. Kemudahan ini datangnya dari Allah, mungkin diantara sebabnya adalah doa ibu yang kuyakini tak berhenti di balik semua ini, dan sebab-sebab lain yang hanya Allah yang Mengetahui. 

Terharu rasanya, melihat akhawat akhirnya terlibat dalam persiapan pernikahanku. Melakukan musyawarah-musyawarah yang salah satu diantaranya mengikutkanku. Qadarullah, tanggal pernikahan ternyata bertepatan dengan kegiatan akbar di lembaga, pengurus ikhwa maupun akhawat memiliki agenda bersamaan yang berbeda pelaksanaannya. Akhirnya formasi kepanitiaan mengalami perubahan. Namun aku tetap bersyukur, sangat bersyukur, teman-teman bisa membantu penyelenggaraan walimah 'ursy. Padahal sebelumnya, yang terlintas di benakku adalah, tak seorang pun yang akan bersedia hadir. Maa syaa Allah. Maa syaa Allah. Rasanya seperti mimpi. 

Meski, aku menyadari, banyak kekurangan dalam kepanitiaan pernikahan ini. Entah karena kesibukan lain atau karena suatu hal, tidak semua aitem maksimal pengadaannya. Sempat terselip rasa sedih, saat terlihat beberapa kekurangan, terasa bagaimana tidak maksimalnya amanah beberapa teman, yang berbeda dengan amanah kepanitiaan semisal. Mungkin karena ada prosedur yang tak sama, sehingga ada perlakuan yang kurang juga. Tapi bagaimana pun, aku tetap harus bersyukur akan keajaiban pertolongan ini, besar maupun kecilnya. Bukankah yang paling utama adalah terlaksananya pernikahan sesuai syariat? 

Ya, akhirnya aku menolak video undangan pernikahan yang sangat jauh dari ekspektasiku. Jika harus dikoreksi, terlalu banyak yng perlu diubah menurutku. Hingga kuputuskan untuk skip saja. Sedikit sedih, terasa jomplang, aku yang biasanya mendapat amanah video, justeru tak memiliki video undangan di pernikahanku sendiri. Bagaimanapun, alhamdulillah alaa kulli haal. 

Sebentar lagi pernikahan akan berlangsung. Aku tak banyak berharap, dengan kondisiku yang tak benar-benar siap, dengan kekurangan yang terlalu banyak, di dalam hati aku meyakinkan diri, tak akan menyesali, apakah pernikahan ini akan langgeng atau terhenti, tekadku saat ini hanyalah menunaikan amanah orangtua. 

"Jika kamu menerima, bagiku engkau sudah berbakti, Nak...."

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar