Harta Karun

By Ummu Thufail - Desember 07, 2015




Aku terhenyak begitu melihat barang yang disodorkan adik. Oleh-oleh pulang kampung yang begitu mendebarkan. Sebuah diari dan beberapa buku tulis usang yang nyaris tak kukenali. Jika begini, memoriku kerap menyambar perkataan Nasli, suatu hari di kelas IPA, dengan nada sarkastis.
"Kamu tuh ya, gak pernah jelas catatanmu pada kemana...." Hanya bisa kubalas dengan cengengesan.


Ya, aku memang cukup rajin menulis, mencatat, sampai meniru-niru Nasli membuat notes ringkasan pelajaran. Tapi..., tak butuh waktu lama semuanya seolah hilang tanpa jejak. Seringkali lalu, tulisan-tulisan itu raib entah kemana, sebagiannya sulit ditemukan gara-gara terselip diantara catatan dalam buku yang berbeda-beda.

Dan ini..., sungguh diluar kepatutan, sangat memalukan, bahkan diariku pun bisa tersasar di tempat antah-berantah, entah bagaimana si No menemukannya. Besar kemungkinan, dia sendiri sedang berburu sesuatu di rumah tante, hingga malah menemukan peninggalan masa ABG milikku.

Tak bisa kusembunyikan tatapku yang berbinar kala menerima dan menyentuhnya (ish lebay). Ibarat menerima berkah tak terduga. Bagiku, diari dan buku apapun yang didalamnya terpatri jejak tinta zaman dulu kala, tak ubahnya harta karun. Ku buka-buka lembaran diari mungil berjudul "Little Dragon" di sampulnya yang dominan berwarna ungu. Ah, jika ditilik baik-baik, ia lebih pantas sebagai milik bocah SD !

Beberapa tulisan bertahun 2003. Wah, lama juga, rentang waktunya cukup untuk membuatku lupa. Tapi..., seketika aku syok begitu menelusuri lembar-lembar berikutnya. Bukan semata karena materi tulisan yang sesekali agak menggelikan, melainkan..., ada beberapa goresan pensil yang mengisi beberapa bagian kosong diantara tulisanku. Dan itu jelas bukan tulisanku! Deg! Rupanya buku kecil ini pernah ditemukan dan dibajak oleh seseorang yang entah siapa!

Tulisannya sendiri lebih mirip bekas tangan anak SD atau seseorang yang baru belajar menulis atau seorang tamatan SD...? Sepertinya juga, dia tak punya bahan tulisan yang cukup, hingga hanya menyalin beberapa bait lagu salah satu band hits di masa-masa itu. Di halaman lain ia bahkan sekadar meniru tulisanku! 

Hm... mungkin penulis kaleng ini punya jiwa melankolis atau hendak menghibur salah satu tulisan yang senewen menanyakan keadilan hiks, hingga ditulisnya bait lagu berikut setelahnya:

"... sudah lupakan semua segala salahmu, dan aku sifatku, dan aku khilafku, dan aku cintaku...."

Entah, rasanya bingung juga, apakah pantasnya geram, iba atau tertawa geli menyaksikannya. Harta karun yang sempat terjarah. Entah bagaimana dengan yang lain. Karena tiba-tiba aku teringat, diari masa SMP ada beberapa, salah satu yang tak terlupa adalah diari ukuran medium, berkunci, bergambar mawar, berwarna pink, bertuliskan beberapa puisi dan esai serta biodata teman yang sama sekali tidak penting, entah dimanakini berada. Alangkah baiknya jika tertelan tanah saja. Hehe....


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar