Diikat Jarak (The Son Series)

By Ummu Thufail - September 26, 2014



Seperti mimpi dik, tapi rupanya kau benar-benar pergi. Hanya sekian jam, kami pun terpisah bentangan jarak darimu. Anehnya, jarak yang panjang itu seolah berubah menjadi tali yang menghubungkan kami denganmu. Kecemasan berbaur dengan harapan yang dititipkan padamu sejak kau pergi. Ingatan dan doa-doa kian rutin tertuju untukmu. Ayah, yang karena tingkahmu sering membuatnya mengomel, merasa bangga sekaligus kehilangan. Sosok berjiwa baja yang perfeksionis itu rupanya menyimpan sisi melankolisnya. Tak tega menjual motor matic mu. Seolah melihat dirimu selagi masih melihat motormu, katanya.

Masih seperti mimpi, bagiku. Karena engkau benar-benar diluar mainstream kami. Maka perasaan kami menjadi tak biasa padamu. Kebanggaan turut menjulang. Tapi aku sendiri dihinggapi kekhawatiran yang berbeda. Mengkhawatirkan pikiran sekaligus keyakinanmu. Barangkali mustahil kau akan berpindah agama hanya karena berada di negeri luar sana. Tapi entah dengan pikiranmu. Sekali dua kali aku ditimpa paranoid dan menuduh keberangkatanmu sebagai jalan untuk menggadaikan pikiranmu sendiri. 

Sudahlah, semoga kau tak apa-apa. Selagi kau masih dibekali-Nya nalar kritis yang sehat, aku yakin kau akan baik-baik saja.
......
***
Tulisan ini belum selesai, tapi aku ingin mengatakan bahwa karena suatu alasan, ini adalah tulisan yang paling lebay yang pernah kubuat. Jika melihatnya, kau tentu mahfum dan....(mungkin) tertawa. 

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar