Melukis Rasa

By Ummu Thufail - Januari 21, 2014







Apa yang kita lakukan di sini? Meratapi diri berhari-hari, menangiskan duka yang menganak sungai,..atas nama dan untuk kepedihan tak kasat mata, derita pribadi. Kita bergolak dalam kemelut jiwa tak berkesudahan, bergelung dalam kesedihan tak bertepian, perasaan kita sendiri yang dimaknai begitu dalam, terlalu dalam, terlalu berlebihan dari seharusnya kita menyikapi. Kita gelagapan saat memasuki ceruk terdalam sisi muram kehidupan, gelapnya kita sendiri yang mewarnai begitu pekat. 
Memerangkap diri dalam gua kebisuan tanpa cahaya, seolah-olah tak bisa melihat padahal kita hanya sedang membutakan diri dengan memejamkan mata, menolak masuknya cercah sinar lewat celah yang begitu banyak, tak hanya satu, tapi terus berpura-pura tanpa sadar bahwa kita tak lagi bisa melihat cahaya. 
Mengapa harus bersikap demikian, sekilas menyiksa diri, bagi yang berada di haluan bebeda; hal itu tak bisa dimengerti, lalu kita semakin meyakinkan bahwa mereka dan siapapun selamanya tak akan memahami apa yang tak mereka alami. 
Mungkin, bahkan kita pun tak sadar, bukan karena ini tak bisa dipahami, kita yang kadang menginginkannya menjadi sulit dipahami, dan masih ingin terus bersikap sama pada setiap keadaan meski nyatanya situasi pun telah berubah, masih ingin mendiami kebekuan; kebisuan; dan kegelapan, kita telah terjebak dalam ceruk itu sekian lama, dan entah karena pertalian seperti apa; kita telah terlanjur terikat dengannya, ketika membebaskan diri darinya dianggap jauh lebih menyulitkan dan penuh resiko tak menyenangkan, meski akhir sejatinya adalah kebahagiaan setelah periode-periode sulit itu berlalu dan tersingkirkan, sebagaimana luka yang pada akhirnya mengering, sembuh, terpulihkan setelah menelan pil pahit tak mengenakkan atau setelah menjalani serangkaian terapi yang sekali-kali juga terasa menyakitkan.
(131210) 
#belum diedit

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar