Little Rain

By Ummu Thufail - November 18, 2013

Hujan semakin deras, sore ini. Alhamdulillah, semua santri sudah pulang. Tinggal saya dan ustadzah Dini (nama disamarkan ^^). Kami terjebak, setelah memutuskan untuk menunggu hujan sebelumnya benar-benar reda. Tapi yang ada langit seolah memuntahkan tangisnya, ah ini sedikit lebay...

Daripada nggak ada kerjaan, kuputuskan mengeluarkan kembali laptop dari tasku. Memanfaatkan koneksi internet gratis yang difasilitasi sekolah, mengurai kesan tentang hujan. Ah, hujan bagiku selalu romantis. Rinainya, angin yang bertiup, langit berkabut. Mungkin sempurna bagi sebuah kesedihan. Tapi aku tak sedang atau ingin bersedih. Hanya ingin menuliskan sedikit tentang hujan, bahwa ia bagiku adalah pemantik ingatan. Pada masa yang pernah kulalui bersama...hujan. Nah, sekarang aku stag. Tak tahu lagi mau menuliskan apa. Apa karena terlalu banyak yang ingin kutuliskan tentang hujan. 

Teriakan dan ketukan di teras sekolah lumayan membuyarkan konsentrasiku. Beberapa keluarga santri yang telat menjemput. Ustadzah Dini yang sudah berpakaian 'rapi' bolak-balik menjelaskan bahwa anak mereka sekarang berada di rumah ustadzah. Sesuai kesepakatan sepihak hehe, bahwa diatas pukul 5 sore, santri yang belum dijemput akan dititip di sana. Sekitar 200-an meter dari sekolah. 

Sebuah ledakan di langit membuatku tersentak dan sontak menutupi kedua telinga. Petir menggelegar. Suara itu saja cukup untuk membuat nyali ciut. Bagaimana dengan tiupan sangkakala dan gelegak amarah api naar, ya Rabb. Wal'iyyadzubillah...


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar