Merajut Damai

By Ummu Thufail - Oktober 21, 2013




Separuh malam kemarin kulalui dengan gundah, dipantik kekhawatiran yang datangnya seketika. Saat mendengar sekilas perbincangan tak berguna di luar sana. Tak banyak yang kudengar, tapi itu sudah cukup menyesakkan jiwa lama yang lemah. Ah, menyesal aku harus mendengarnya. Seketika pertahananku ambruk. Semakin kusadari, benteng yang kubangun masih begitu rapuh. Tak cukup kuat menahan gempuran tak terduga. Rupanya aku belum siap, menghadapi  sesuatu yang tak berpihak bagi kedamaian jiwaku.
Ah, sudahlah….aku akan berhenti bersikap meratap. Meski kerap masih bisa kurasakan sakit, kutahu aku harus bangkit. Toh, dengan izin-Nya, kudapati diriku tak sesulit dulu mengatur hati. Kadang-kadang kuberpikir, adalah hal ajaib aku tak se ‘moody’ dulu. Ketika kuterjatuh, aku tak akan segera bangkit, tapi justru mendekam di kubangan, meneruskan kekalutan dan menikmati kesedihan sebagai buah akhirnya.
Ah, sudahlah. Aku akan mencoba mengikuti saran pak Mario. “Perhatikan orang yang masih menyayangimu, abaikan saja orang yang berusaha menyakitimu, yang sebenarnya usahanya itu tak akan berhasil jika kau sendiri tak mengizinkannya.”
Jadi, di bagian ini aku memerintahkan jiwaku dengan izin-Nya, hanya akan memperhatikan segala sesuatu yang menjagaku tetap baik, jika bisa, semakin baik.
Bukankah masih banyak yang bersikap baik, toleran, ramah, murah senyum. Masih ada yang memberi tegur sapa, menanyakan kabar hari ini, memberi nasihat dan memotivasi. Kenapa aku harus mengorbankan hal-hal berharga yang masih kumiliki demi pihak yang hanya ingin menjatuhkan dan merusak kedamaian jiwa yang kurajut susah payah…?!
Jadi, akan kukatakan TIDAK…! Dengan suara keras, hingga hatiku sendiri mendengar dan menjadi yakin karenanya. Tidak akan kubiarkan jiwa ini dijajah oleh kesedihan, ketakutan atau kecemasan tak perlu. Aku masih memiliki orang-orang yang peduli dengan keberadaan dan ketiadaanku. Dengan segala keterbatasanku, aku masih bisa berbuat dan memberi manfaat. Dan diatas itu semua, aku memiliki Allah yang diriNYa saja sudah mencukupiku dari segala yang kubutuhkan. Hasbunallah…hasbunallah….

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar