Anak Berparas Manja

By Ummu Thufail - November 04, 2016



flickrdotkom

Namanya Faishal. Awalnya, nama anak inilah yang paling terakhir tercatat dengan baik di ingatan jangka panjangku, padahal wajah dengan senyum manisnya yang meluluhkan hati itu, seringkali menyingkirkan wajah-wajah teman sekelasnya yang lain, masyaa Allah. Matanya menyipit, pupil matanya mengecil, lalu terbitlah senyuman paling bebas di kelas itu, yang kutafsirkan sebagai senyum paling tulus dan lepas. Rambutnya ikal, potongan cepak, perawakannya seperti kebanyakan anak seusianya.

"Ustadzah..., kalo capek menulis..., istirahat dulu..., tangan diginiin dulu (menggerak-gerakkan jari-jari tangannya)...? Nanti kalo nda capek lagi, menulis lagi...?!" Suaranya terdengar renyah dan manja di telingaku, selalu berhasil membuatku menoleh dan memperhatikan baik-baik ucapannya, lalu kujawab pertanyaannya yang lebih mirip penjelasan itu dengan senyuman dan anggukan. Dia akan mengatakan hal yang sama pada teman-teman di dekatnya, terlebih jika mendengar seorang siswa mengeluh atau menolak menulis.
Satu-dua hari dia absen, dan mataku mencari-cari anak berparas ceria dan bersuara manja itu, rasanya ada yang hilang saat dia tak datang. Entah mengapa seolah kejengkelanku selalu hilang di depan anak itu, seperti tak kutemukan alasan untuk menaruh marah meskipun sesekali memperlihatkan kenakalan yang sama dengan teman-temannya. Aku selalu memilih kata yang lebih ramah, dan penjelasan yang lembut begitu cepat dia pahami. Senyum manis dan anggukannya adalah tandanya.

Pagi tadi, saat jam datang dan anak-anak berbaris masuk sambil menyalami para ustadzahnya, tiba-tiba ia merangkulku dengan manja,

"Ustadzaaah..." serunya manja. Pelukannya yang sebentar membuat hatiku hangat, seolah menjadi ibu sesaat, haha dasar wanita. Rasanya ingin kumiliki satu saja anak seperti dia, si ikal pemilik senyum manis, ceria dan bersuara serak-serak manja. Duh Nak, betapa hati mudah luluh di depan wajah polosmu.
(to be cont.)


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar