After Rain

By Ummu Thufail - Desember 13, 2014




Kadang-kadang, ada buncahan rindu tertahan, pada tanah kelahiran yang telah bertahun-tahun kutinggalkan. Sisa hujan sore ini semakin menguatkan kerinduanku. Terkenang dengan musim-musim hujan yang kulalui di rumah 'kaki bukit' ku semasa kecil. Nada hujan yang masih sama, dengan tetesnya yang syahdu berirama. Membawa ingatanku mengembara di masa lalu... memandangi hijau tetumbuhan yang semakin segar kala diguyur limpahan air langit, juga beberapa jenis bunga hasil jerih tangan kecilku, mekar merona indah.

Sunyi dan dingin membuatku seakan tak bisa berkutik. Berdiam diri menatapi hamparan hijau di sekeliling rumah, atau meresapi sepi yang menggugah galau. Di sudut kiri teras, eh kanan bawah, hampir selalu bisa dipastikan air meluap dari sumur buatan yang imut-imut di sana.

Ah... seperti apa kampung halamanku sekarang? Aku hanya tahu sedikit tentangnya kini, dari kabar-kabar yang dibawa kerabat. Katanya, jalanannya telah diperbaiki. Anak gadis bahkan berani mengendarai motor. Aku tahu, itu berarti tak ada lagi tanah cadas berbatu, berlubang dan curam. Yang setiap kali aku melaluinya, setiap itu pula mulutku tak henti merapal doa dan surah apa saja, sekenanya, hingga motor yang membawaku tiba di jalan yang lapang. Perjalanan yang melelahkan dan beresiko. Perjalanan yang hampir merenggut nyawa kami dulu.

Ah... seperti apa rumah panggungku di kaki bukit itu, kini...? Bagaimana dengan kebun yang tak ubahnya kantor kedua ayah? Mungkin belukar telah menyelimutinya dan mengubur kehidupan hijau yang kami akrabi dulu.

#homesickness, 20102009

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar