Sebelum Aku Mati (1)

By Ummu Thufail - Desember 13, 2014





Banyak yang harus kulakukan, itu intinya. Hm... selayaknya para pemimpi, aku juga memiliki banyak impian yang ingin kuwujudkan. Yang jika di list, entah akan sepanjang apa. Tapi kini, aku semakin sadar diri dan memutuskan untuk mulai menyederhanakan mimpi-mimpi itu, sekaligus bergegas menjadikannya nyata. Agar tak hanya sekedar mimpi, gak ada artinya. 

Bukan semata karena kali ini menyinggung tema kematian *yang kadang-kadang terasa mengerikan itu. Karena satu (dan lain...) hal, aku kini menjadi sadar sesadar-sadarnya, bahwa... tak banyak yang bisa kulakukan. Menurut ukuran orang kebanyakan. Tapi itu bukan berarti... tak ada yang bisa kulakukan. Hiks, meski sekali-kali hal ini terasa sedikit getir, sudahlah... tak ada alasan untuk menangisi diri apalagi putus asa. Hm... jika mau diibaratkan, aku seumpama merpati yang lepas dari kawanan. Bukan karena enggan bergabung dengan mereka, tapi karena sebelah sayapnya patah hingga tak sanggup terbang bersama. Jadi ia memutuskan berdiam di pohon terakhir tempatnya berteduh, sembari menyaksikan kawanannya lalu-lalang, kian-kemari dengan hati riang. Awalnya ia manyun sendiri, tapi matanya segera berbinar kala menemukan buah manis nan ranum yang nangkring di salah satu dahan pohon tempatnya bertengger. Hei, mengapa tak ada yang menyadari ini ! batinnya senang. Jadi, tinggallah ia di situ. Mencoba meraih harapan yang dekat dan sederhana. Namun sejatinya teramat manis.

Yah, sebelum aku mati... seolah ada suara kecil tapi nyaring dan nyaris tak henti memberiku peringatan, dari hati yang paling dalam, ehm. Seperti ada kewajiban bagiku, untuk mewujudkan satu-dua buah mimpi (yang telah kusederhanakan itu) dalam hidupku. Dan aku merasa tak siap mati sebelum merealisasikannya. Dan aku berharap, mengiba-iba padaNya, agar memanggilku hanya setelah berhasil meraihnya, semoga, ah aamiin.

Dan diantara "obsesi sebelum mati" itu adalah... Be the next hafizhah. Ternyata gak sederhana...!
Ya, telah kupatri mimpi indahku ini dalam-dalam di hatiku yang paling dalam. Akibatnya aku tenggelam, dalam lamunan-lamunan yang seolah telah menggambarkan bahwa aku melakoni usaha mewujudkan mimpi yang... akhirnya jadi kenyataan itu (aamiin).

Aku sebenarnya punya mimpi-mimpi lain yang lagi-lagi sepertinya, bahkan seharusnya menjadi kewajibanku untuk merealisasikannya, yang lebih sulit dan juga yang lebih sederhana dari impian ini. Tapi menghafal Al-Qur'an menjadi panggilan yang teramat kuat bagi hatiku saat ini. Setidaknya, sebelum aku mati, aku bisa membuatnya nyata. Prihatinnya, aku tak pernah tahu deadline detak nadiku yang terakhir. Hm... menyadarinya serasa horor....

Keinginan yang menggebu itu menyebarkan semangat ke sekujur sarafku, hingga mengaktifkan memoriku pada teman-teman yang pernah mengikuti program Tahfizh singkat bersamaku dulu. Hey... harusnya aku membagi semangat ini. Siapa tahu ada satu-dua orang yang mau bergabung denganku, dan paling penting... aku juga kebagian kebaikan karenanya. Dan memang hanya dua nama yang terlintas dibenakku detik itu juga. Yang kuyakini akan memberi tanggapan yang baik. Sebut saja kak Latifa dan Aya. Tanpa pikir panjang, kuraih ponsel dan mencari kedua nama itu....

+ Masih ingat saya? Bagaimana kabar n hafalannya dek...? Bla...bla...
+ Kaifa haluki ka? Gmana kbarnya hafalanta...?

Gak nyangka, mereka bahkan bales sms-an nada curhat, hehe...
-Alhamdulillah baik k... Bla...Bla....
-Masih muraja'ah saja nih, belum ditambah. Bla...
#Masih sering nyetor sama Zahidah, tapi kalo lagi males ya... gak lagi. Bla....
-Beda rasanya mengahafal sendiri sama...bla...bla...

Kesimpulannya, kami sama-sama merasa butuh teman menghafal. Meskipun bisa saja menghafal mandiri, terkadang ada hal yang bisa menghalangi plus mengurangi komitmen saat menjalaninya. Salah satunya karena gak ada yang mengontrol. Lalu, semangat itu semakin menyebar diantara kami. Meski, entah kenapa kak Latifa sedikit enggan bergabung di kelompok tahfizh yang kutawarkan. Malah bersikeras bakal menyetor saja sama aku. Sampai-sampai aku berusaha mengancamnya....

+ ....#sebelumkitamati
# Bahkan sy pernah bilang k Allah Kalo bisa sblm Dia mematikan sy..sy sdh hafal Alqur'an....

Aku tertegun, lalu terharu membaca pesan singkatnya. Kita sehati kak... setidaknya, kita sama-sama ingin khatam hafalan sebelum mati, hiks. Ya Rabb... sampaikanlah kami pada mimpi itu.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar