Aku Menyalahi Janji

By Ummu Thufail - Juli 28, 2021


Jauh sebelum menikah, di saat belum ada keinginan untuk itu, aku pernah mengamini sebuah janji. Ah, bukan. Bukan satu, tapi dua. Dan saat itu aku begitu yakin seyakin-yakinnya, bahwa aku akan bersedia. Aku akan melakukannya. Tampak berat bagi umumnya orang, tapi waktu itu aku meyakininya mudah saja. 

Hm... mungkin, mungkin karena saat itu tak lagi ada cinta manusia yang memenuhi dada. Yang ada hanyalah keinginan meninggikan cinta kepada-Nya dengan cara yang bisa kutempuh, cara yang mungkin akan terlihat seperti melukai diri sendiri. Bukankah memang banyak jalan cinta menuju Allah, yang didekatkan jaraknya lewat jalan duka, kesedihan dan derita? Ya, begitulah fase awal yang mengantarkanku hanya mencari cinta-Nya, ketika cinta dan kasih sayang manusia terasa jauh, ketika yang banyak kutemui adalah kesedihan dan pengabaian. 

Jadi, apa dua hal yang kuyakini itu? Pertama, jika nanti aku ditakdirkan menikah, akan kuminta atau kuizinkan suamiku untuk menikah lagi. Eh...?! Iya. Mungkin kelak suamiku adalah ikhwah atau ustadz, dengan ikhlas akan kubiarkan ia berpoligami. 

"Nisa, nanti kalo aku menikah, aku mau dipoligami. Aku tahu rasanya salah satu hikmah poligami itu. Agar kita tidak lebih mencintai suami lebih dari cinta kepada Allah... "

"Ya...! Sepakat kak, aku pun begitu. Aku malah kadang tawarin abanya untuk nikah lagi, tapi dia gak mau, gak ada uangx katanya hehehe... "

Itu percakapanku suatu hari, bertahun-tahun yang lalu, dengan akhwat yang telah menikah dan memiliki anak. Whats, malah dia lebih yakin kayaknya daripada aku. Kami sama-sama sepakat, mungkin kecenderungan isteri yang begitu mencintai suaminya, bisa lebih dinetralisir dengan adanya poligami. Dengan berbagi, hati tidak akan terlalu terikat dan tak merasa memiliki, suami, yang sejatinya juga adalah titipan dari Allah.

Janji yang kedua, terngiang-ngiang lebih kuat menjelang menikah. Di saat aku masih tak percaya bahwa sebentar lagi akan menikah. Di saat tak siap dan tak yakin bahwa itu benar bagian dari takdirku di dunia.

"Ya Rabb... karena Engkau mengizinkan aku menikah, aku berjanji, tetap akan bersyukur dengan pernikahanku nanti, meskipun misalnya kemudian bercerai. Engkau telah mengizinkan sebuah takdir bagiku yang begitu besar, yang tak semua manusia di dunia mendapatkannya... "

Hm.... keyakinan yang aneh ya? Aku baru menyadari, setelah menikah, bahwa aku tak bisa. Ternyata aku ingin bahagia lebih lama. Ternyata aku tak ingin suamiku berbagi hati. 


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar