Mata dan Hati

By Ummu Thufail - Februari 09, 2021

"Afwan, sebetulnya yang kemarin saya ceritakan itu tentang saya. Suami mau menceraikan, alasannya beda paham... "

Aku terpana. 

"Saya sekarang tidak pernah keluar. Malu karena dia menceritakan ke semua warga kalau dia mau menceraikan saya lalu menikah."

Duh, hati suaminya terbuat dari apa ya. Bertahun-tahun menikah, kini dua dari empat anaknya pun telah menikah. Semuanya ngaji dan yang bungsu mondok di pesantren. Tega amat si bapak meninggalkan anak isteri demi wanita lain. 

"Anaknya sudah nasihati tapi tetap tidak mau dengar."

"Sudah sidang yang pertama dan sudah mediasi, tapi tetap mau lanjut."

Sang isteri sudah ngaji juga, ini jadi poin pertama gugatan suaminya. 

"Tapi itu cuma alasan saja karena memang sejak dulu suka main perempuan, tapi saya sabar menghadapinya."

Aku semakin melongo membaca chatnya. Ya, ibu sabar banget. Jika aku yang di posisi itu akan kutinggalkan tanpa banyak pertimbangan. Tak ada alasan untuk bertahan. Jika si laki-laki sudah tak baik, berarti saatnya untuk dilepaskan. Laki-laki tak baik hanya untuk wanita yang tak baik juga. Aku ngedumel sendiri dalam hati. Sambil berusaha memberikan saran terbaik, memintanya banyak berdoa agar diberi takdir terbaik. Walau ingin rasanya kukatakan, lepaskan bu. Biarkan yang menyakiti itu pergi dan tak lagi meninggalkan duri. 

Apakah memang seperti itu hati lelaki? Sebagian atau sebagian besarnya? Mudah berpaling? 

Mata. Mata yang tak terjaga. Mengumbar pandangan ke segala arah, adalah pintu syaitan yang terbuka lebar. Bukankah Allah telah memerintahkan kepada setiap lelaki beriman, agar menundukkan pandangan dari segala yang diharamkan. Menundukkan pandangan membuat hati tenang. Lebih menjaga kehormatan. 

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’” (QS. An-Nur [24] : 30).

“Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya yang beriman untuk menjaga (menahan) pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Maka janganlah memandang kecuali memandang kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan tahanlah pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/41)

Sayangnya, banyak yang membiarkan liar pandangannya. Gadget pun menjadi sarana paling mudah melihat banyak hal, termasuk hal yang diharamkan. Dan kaum wanita yang telah hilang rasa malunya, meliuk-liukkan badannya di berbagai aplikasi, di tik tok dan semisalnya. Membangkitkan syahwat lelaki yang bukan mahramnya. Na'udzubillah. 
.... 
Kuhela nafas yang terasa berat. Jodoh masih misteri meski telah menikah rupanya. Tak ada yang bisa menjamin sebuah rumah tangga berakhir bahagia dan berkumpul di surga. Jika kedua insan tak lagi saling menguatkan, jika salah satunya berpaling dan meninggalkan. Jika salah satu atau keduanya terseret pada keinginan hawa nafsu dan duniawi. Jika keduanya tak lagi saling mencintai, tak lagi saling menjaga dan menyayangi. 
.... 

“Perempuan yang keji adalah untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji pula. Perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik pula.” (QS. An Nur: 26)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar