Bait Asa Jiwa

By Ummu Thufail - November 07, 2017






Ingatanku merayapi lorong waktu, menembus dekade menemui masa lalu. Tertegun di sana dan terbata mengeja, entah kata apa yang menguasai jiwa, rindu atau benci kah? Kulihat sesekali keduanya sama, saling mengalahkan, bersaing satu sama lain pada diri. Andai bukan karena iman, maka sebagian besar ingatan adalah tangisan atau penyesalan. Kerinduan yang ditangisi, kesedihan yang disesali, kesalahan yang dibenci. 


Apa dayaku? Aku hanyalah seorang hamba, tak punya kuasa merekayasa takdirnya. Apa dayaku? Jika Ia menghendaki, memberi sebuah nikmat atau mencabutnya kembali. Maka berjalan di bawah kepatuhan adalah satu-satunya cara yang menyelamatkan jiwa dari kekufuran. Maka menginsyafi hakikat penghambaannya adalah kendali bagi gelegak amarah dan luapan kesedihan.

***

Rabbi... Rabbi... Engkau melihatku, aku di bawah pengawasanMu, Engkau menyaksikanku jatuh-bangun meneruskan perjalanan. Engkau memberiku ujian yang menghempaskan, lalu menunjukkan jalan-jalan yang mengantarku berdamai dengan semua yang Engkau tetapkan. Berdamai, setelah kepasrahan serta penolakan membuatku terdampar di jurang kebingungan. 

Yaa Ilahi... Engkau melihatku, menangis berderai hingga nyaris kering airmata. Menyaksikanku bertanya, mengapa? ada apa? harus bagaimana? Engkau tahu aku hampir menyerah, merasa sangat sia-sia dan tak berarti apa-apa... lalu merasakan kasih sayangmu yang begitu besar, mengangkatku dari keterpurukan yang berulang kali. 

***
Ketika kesedihan menyesaki dada dan bayangan kematian menyapa di pelupuk mata, ketika itulah hati menemui penawarnya. Menyadari hakikat dunia yang fana, dukanya hanya sesaat, bahagianya juga sementara... di situlah aku terdiam, menyadari dan menerima... barangkali ujian-ujian adalah penggugur dosa...?

#berjuang dan bertahan untuk sisa harapan



  • Share:

You Might Also Like

0 komentar