Sampai kapan, kau memutuskan akan
terus bertahan? Di tengah ruang gelap, berkubang. Apakah dikau serupa katak dalam
tempurung? Bahkan katak pun sekali-kali lupa pada tempurungnya. Berlompatan di
luar sana, menari-nari di bawah hujan.
Baiklah, aku memang tak tahu.
Seperti dalihmu itu, yang selalu kau semburkan, pada siapapun yang datang
bertanya penuh heran. Tak mengerti. Tapi apakah kau sendiri telah memahami diri
yang kau kasihani itu? Lalu mengapa ia terang-terangan mengaku tak tenang, kala
kau sembunyikan ia di balik tembok kegelapan? Lihatlah ia baik-baik, semakin
kerdil mengerisut bak buah yang gagal karbit. Kau tak menyadarinya bukan? Tapi bisa
kau rasakan, betapa dirimu semakin terbata mengeja cahaya, setiap kali kembali
dari tidurmu yang panjang dalam kubangan.
Jadi, sampai kapan?
Baiklah kau bisa katakan, banyak
hal di luar sana yang membuatmu terpuruk dan kecewa. Tapi mengapa yang kau
sakiti adalah dirimu sendiri? Tak kusuruh kau agar menuntaskan balas dendam,
pada mereka semua hingga binasa. Hanya saja, mengapa kau turut menyelinap di
barisan mereka? Mereka, yang kau tuduh telah merampas kesenangan dan
ketenanganmu. Ah, tidakkah kau berlaku lebih kejam…?! Kau tarik dirimu dari
keramaian, menyembunyikannya dalam kesunyian, membekapnya dalam kegelapan. Hingga
kau nyaris tak bisa ditemukan, untuk diselamatkan….
Jadi, masih inginkah kau
teruskan?!
Terus bermain dalam pusaran
kebingungan, kekecewaan, kemarahan, keterpurukan… hingga kau putuskan terus
berdiam dalam kubangan. Ah, secepat itukah engkau menyerah? Benarkah kau telah
kehabisan kekuatan? Jika benar bahwa tak ada lagi dalam dirimu yang bisa
diperjuangkan, tak mungkin Ia membiarkan engkau hidup dengan sia-sia. Tapi kau
masih bernyawa, masih bisa membedakan kelam dan cahaya, masih bisa menangis dan
tertawa. Ah, jangan pura-pura… benar, bukan? Kau masih bisa bangkit dan
berjuang? Setidaknya untuk dirimu, yang tak kan dibiarkan oleh-Nya berlalu atau
sekedar menjawab, ‘tak tahu’ saat Ia menanyakan perihalmu dahulu.
Wake Up!
Bangunlah dari tidurmu yang
panjang, atau dari kantukmu yang berkali-kali datang. Berdiam di kegelapan tak
kan membuatmu menemui kebahagiaan. Berkarib keterpurukan hanya akan menahan
langkahmu meraih harapan.
Wake Up!
Bangunlah! Dan waktunya sekarang,
bukan nanti saat telah kau kumpulkan banyak kekuatan. Bukan kemudian, saat kau
tak lagi punya kesempatan. Ya, sekarang! Saat langkahmu belum tegap, berdirimu
pun belum sepenuhnya tegak, karena itu nanti… setelah kau berani melewati semua
ini.
0 komentar