Kisah Seorang Tua

By Ummu Thufail - Oktober 19, 2014

www.flickr.com

Tubuhnya ringkih, tapi rambutnya belum memutih. Ini sudah kali kedua ia datang ke kota. Menjenguk sekaligus menemani adiknya selama dirawat dan berobat karena kanker. Ada bayang ketakutan tergambar di wajahnya. Entah berapa kali ia meneteskan airmata sembunyi-sembunyi. Begitu mendengar kata 'operasi' dan belakangan ini 'kemoterapi'. Bukan tanpa alasan, adik bungsunya telah mendahului mereka dengan kasus serupa. Kanker.

Tapi ia hanya orang pedesaan yang lugu dan tak banyak didengar. Kekurangan kata untuk bisa meyakinkan orang lain agar mendengar pendapatnya. Dan orang lain juga punya alasan untuk tak terlalu menggubrisnya, saat ia meminta agar sang adik tidak usah menjalani kemoterapi. Dengan mengandalkan 'kata orang', yang lain pun tutup telinga dan berusaha membuatnya diam dengan 'kata dokter'. Tapi ia bahkan tak peduli pada status dokter 'orang yang menganjurkan kemoterapi'.

Bagaimanapun kerap terselip iba melihatnya. Bukan karena dua adiknya dengan dua kasus kanker yang berbeda. Hanya...kini dia seolah sebatang kara meski masih memiliki beberapa saudara yang masih hidup, juga keponakan yang banyak  di sekitarnya. Dia perawan tua yang 'sebagaimana perawan tua lainnya' tak punya seseorang sebagai tumpuan harapannya.

(to be fin)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar