Kabar Dari Desa Kenangan

By Ummu Thufail - April 18, 2017



Malam. Sunyi menikam diam-diam. Saat ini dingin tengah menyelimuti sebuah desa di tengah lembah. Tenggelam dikitari lebat pepohonan, bebukitan dan lereng-lereng pegunungan memagari di sekeliling. Meski jauh dan tak terlihat, seperti bisa kurasakan desau angin malam yang bertiup lembut di sekitarnya. Desa kenangan, yang kesepian ditinggal pergi anak-anak penduduknya. Ah mungkin juga tidak. Benar, beberapa orang yang dulu menjejakkan kaki di tanahnya yang berdebu sejak kanak-kanak itu, satu persatu pergi dan menetap di tanah perantauan. Tapi konon, sekarang desa yang dulunya terisolir dari segala kemudahan di kota, pelan-pelan berbenah dan maju selangkah-selangkah. 

Jalanan mulai dibeton, pertanda akses ke sana kini semakin mudah. Tak lagi seperti dulu, hampir sepanjang jalan terjal dan berbatu. Semakin banyak pengguna kendaraan beroda dua, motor matik sudah lumrah menjelajahi desa, anak-anak gadis tak takut lagi menunggangi kuda besi kesana kemari, menyambangi lembah dan jalan mendaki. 


Bahkan konon pula, telah dibangun PLTA disana. Listrik bukan lagi barang langka. Warga desa lantas berlomba-lomba membeli peralatan elektronik dan rumah tangga yang menggunakan energi listrik. Mulai dari kulkas, tivi hingga mesin cuci. Ya, meski mudah bagi warga untuk mencuci di tepian sungai, kini mereka lebih memilih menggunakan mesin cuci, meski mungkin tak sampai semuanya yang pada beli. Yang paling beruntung adalah salah seorang warga yang sebagian lahannya dikorbankan untuk kepentingan pembangunan PLTA desa tersebut. Dia dibebaskan menggunakan listrik tanpa perlu bayar tagihan. Menyadari kompensasi besar yang diterimanya itu, dia pun tak mau kalah, membeli bermacam-macam benda elektronik, tivi dan mesin cuci sudah masuk kategori wajib dimiliki.


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar