Tulisanmu Gaya Apa?

By Ummu Thufail - September 10, 2015



Aku suka pelajaran bahasa Indonesia, suka menulis dan senang jika mendapat tugas menulis. Tapi, begitu tiba pada pelajaran mengarang dengan alat-alatnya seperti menentukan tema, topik, plus kerangka yang harus dikembangkan, membuat tugas mengarang terlihat sulit bagiku. Mungkin tujuannya untuk mempermudah proses penulisan, tetap saja, bagiku malah mempersempit gerak dalam menulis *ngeles mode on ^^


Hingga di bangku SMP, menulis dengan modal kerangka yang telah jadi sebelumnya, masih menjadi momok bagiku. Oh No... rasanya tulisanku nggak bisa bergerak kemana-mana, cuma diam di tempat itu-itu saja, apa pula yang harus kutuliskan, poin-poin seperti apa yang layak dicantumkan. Rasanya pengin nangis, saat didapuk mengikuti lomba tingkat SMP se-kabupaten kala itu, lomba menulis satu-satunya yang pernah kuikuti hingga detik ini ^__^. Tentu saja, karena dibebani tugas buat kerangkanya dulu, walaupun akhirnya, alhamdulillah dapat juara.. 2 apa 3 ya, hehe lupa!

Jadi mikir keras waktu-waktu itu, bisakah aku menjadi penulis...? Buku-buku yang kubaca pun, selain fiksi, biasanya disusun sedemikian rupa dengan kerangka yang runtut dan rapi. Lihat saja daftar isinya, dan itu sama-sama membosankannya bagiku, bagiku ya.... its pure opinion. Hm... seringkali aku merenung, tidak bisakah tulisan itu dibuat santai sedikit (nah ini maksudx apa yak ^^). Gimana coba, kalo kita punya ide yang bagus, tapi gak memenuhi kriteria standar penulisan yang baku ? -_-  Apakah dibiarkan saja berdebu? Hiks.

Hingga akhirnya, aku menemukan bahwa dunia kepenulisan tak semuram yang kuduga ^__^. Kutemukan pada buku-buku yang gaya menulisnya ala Dr. Aidh Al-Qarni dalam La Tahzan, atau Ibnul Jauzi dalam Saidul Khatir juga di sebagian buku motivasi serupa. Ah itu... aku banget (ehm...). Aku suka dengan bacaan yang ditulis mengalir seperti itu. Ringan, menyegarkan, mencerahkan. Gak menuntut kesetimbangan di setiap sisi, mm... beberapa bahasan malah lebih mirip quote saking singkatnya, sebagian lebih panjang, kesimpulannya, porsi tiap poin seperti dibiarkan tak seimbang. Aku malah suka, lebih enak bacanya.

Nah, jadi aku akhirnya tercerahkan. AHA! menulis memang bukan buat dibikin ribet dan puyeng. Menulislah dari hati, dengan gayamu sendiri, yang membuat kamu nyaman, asal jangan bikin risau orang. Sekarang, jika disuruh teman untuk buat tulisan, itu yang aku terapkan. Gak bikin kerangka sama sekali, tapi nulis apa saja ide yang muncul buat dimasukin (serupa tapi tak sama!). Gak mesti dari paragraf pertama pula, pernah juga dimulai dari kata-kata terakhir yang akan menutup tulisan. Kesimpulannya, tulisanku, tulisan gaya bebas. So, tolong jangan suruh diriku mengajukan draft berupa kerangka, itu sungguh menyulitkan (gak ada yang suruh koq...)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar